MENGENAL ALLAH MELALUI ASMAULHUSNA
AR-RAHMAN DAN AR-RAHIM
Setiap Jumat pagi, Masjid Baitus Syfa RSUD Ajibarang menjadi saksi atas semangat mencari ilmu dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam suasana penuh keberkahan menjelang bulan suci Ramadan, para jamaah berkumpul untuk merenungi kebesaran-Nya, dan kali ini, kita diajak untuk lebih mengenal dua sifat-Nya yang agung: Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Ar-Rahman melambangkan kasih sayang Allah yang luas, mencakup seluruh makhluk tanpa terkecuali, sedangkan Ar-Rahim adalah kasih sayang khusus yang tak terputus bagi hamba-hamba-Nya yang beriman.
Dengan memahami dan menghayati kedua sifat ini, kita diajak untuk semakin menyadari betapa besar cinta Allah kepada kita, sehingga hati kita pun terpanggil untuk senantiasa bersyukur, tunduk, dan mengharap rahmat-Nya dalam setiap langkah kehidupan.
Kembali kita ulang bahwa Allah SWT memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya melalui Asmaulhusna, yaitu nama-nama-Nya yang indah dan penuh makna. Mengenal sifat-sifat Allah adalah kunci untuk lebih memahami Dzat-Nya, sebagaimana ungkapan dalam ilmu tauhid, "Barang siapa tidak mengenal sifat-Nya, maka ia tidak akan mengenal Dzat-Nya."
Dua di antara Asmaulhusna yang paling sering kita dengar adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Keduanya menunjukkan kasih sayang Allah yang luas dan tak terbatas. Namun, ada perbedaan yang mendasar dalam penerapan kasih sayang-Nya melalui kedua nama tersebut. Ar-Rahman: Kasih Sayang yang Universal
Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
الرَّحْمٰنُۙ عَلَّمَ الْقُرْاٰنَ
"Ar-Rahman, yang telah mengajarkan Al-Qur'an." (QS. Ar-Rahman: 1-2)
Sifat Ar-Rahman menunjukkan kasih sayang Allah yang meliputi seluruh makhluk, baik manusia maupun jin, baik yang beriman maupun yang ingkar. Dalam kehidupan sehari-hari, kasih sayang ini tampak dalam berbagai bentuk, seperti:
Matahari yang menerangi seluruh manusia tanpa membedakan keimanan mereka.
Hujan yang turun menyuburkan bumi untuk seluruh makhluk.
Udara yang bisa dihirup oleh siapa saja, tanpa memandang status keimanan mereka.
Kenikmatan duniawi, seperti lezatnya buah-buahan, makanan, kesehatan, dan sebagainya.
Semua ini adalah bentuk kasih sayang Allah yang bersifat universal dan diberikan kepada seluruh makhluk-Nya tanpa terkecuali.
Ar-Rahim: Kasih Sayang yang Khusus untuk Orang Beriman, Allah berfirman dalam Al-Qur'an:
وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا
"Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman." (QS. Al-Ahzab: 43)
Berbeda dengan Ar-Rahman, sifat Ar-Rahim adalah kasih sayang yang Allah berikan secara khusus kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Bentuk kasih sayang ini meliputi:
Ketenangan dalam ibadah:
Seorang mukmin merasakan kebahagiaan ketika membaca Al-Qur’an, shalat, dan berzikir.
Keberkahan dalam hidup:
Allah memberikan petunjuk dan keberkahan dalam setiap langkah hidup seorang mukmin.
Ampunan dan rahmat di akhirat:
Mukmin yang beramal shaleh akan mendapatkan kasih sayang Allah dalam bentuk pengampunan dan surga.
Kaitan dengan Al-Fatihah sebagai Dialog dengan Allah
Salah satu contoh bagaimana kasih sayang Allah termanifestasi dalam kehidupan seorang mukmin adalah melalui shalat dan bacaan Al-Fatihah. Dalam hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Muslim, disebutkan bahwa setiap ayat dalam Al-Fatihah adalah dialog antara hamba dan Allah:
Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin
Hamba memuji Allah.
Allah menjawab: "Hambaku telah memujiku."
Ar-Rahmanir Rahim
Hamba kembali mengagungkan kasih sayang Allah.
Allah menjawab: "Hambaku mengulang-ulang pujian kepada-Ku."
Maliki Yaumiddin
Hamba mengagungkan kekuasaan Allah atas hari pembalasan.
Allah menjawab: "Hambaku telah mengagungkan-Ku."
Hal ini menunjukkan bagaimana sifat kasih sayang Allah tidak hanya diberikan dalam bentuk materi, tetapi juga dalam bentuk kedekatan spiritual yang memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada hamba-Nya.
Para ulama dan ahli tafsir memberikan berbagai pandangan mengenai perbedaan Ar-Rahman dan Ar-Rahim:
Imam Al-Qurtubi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Ar-Rahman adalah kasih sayang yang menyeluruh, sedangkan Ar-Rahim adalah kasih sayang yang berkelanjutan bagi orang-orang beriman.
Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Ar-Rahman adalah nama Allah yang hanya bisa dimiliki oleh-Nya, sementara Ar-Rahim juga bisa digunakan dalam sifat manusia (misalnya seorang hamba yang penyayang).
Al-Ghazali dalam "Al-Maqsad al-Asna" menyebutkan bahwa memahami sifat-sifat ini adalah kunci untuk mengenali Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.
Menghayati Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam Kehidupan
Mengenal dan memahami kedua sifat ini seharusnya membentuk karakter seorang mukmin dalam kehidupannya:
Meneladani kasih sayang Allah – Sebagaimana Allah Maha Pengasih, kita pun harus menebarkan kasih sayang kepada sesama, baik kepada sesama Muslim maupun kepada non-Muslim.
Mensyukuri nikmat Allah – Segala kenikmatan yang kita terima, baik berupa kesehatan, rezeki, maupun ilmu, adalah bentuk kasih sayang Allah yang harus kita syukuri.
Memohon kasih sayang khusus Allah – Dengan memperbanyak amal sholeh, kita berusaha meraih kasih sayang Allah yang khusus diberikan kepada orang-orang beriman.
Meneladani sifat Ar Rahman dan Ar Rahim pada Diri Nakes
Sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit, meneladani sifat Ar-Rahman berarti menghadirkan kasih sayang yang luas dan tanpa diskriminasi dalam pelayanan. Setiap pasien, tanpa memandang latar belakang, status sosial, atau kondisinya, berhak menerima perawatan yang penuh empati dan kepedulian. Sifat Ar-Rahman mengajarkan kita untuk memberikan pelayanan yang tulus, tidak hanya sebatas tugas profesional, tetapi juga sebagai bentuk ibadah. Dengan senyuman, sapaan yang ramah, serta perhatian terhadap kebutuhan fisik dan emosional pasien, kita mencerminkan kasih sayang yang Allah limpahkan kepada seluruh makhluk-Nya.
Sementara itu, sifat Ar-Rahim mengajarkan kita untuk memberikan perhatian khusus kepada mereka yang membutuhkan dengan lebih mendalam, terutama pasien yang dalam kondisi kritis atau memiliki keterbatasan. Sebagai tenaga kesehatan, kita dapat menunjukkan sifat ini dengan memberikan dukungan moral kepada pasien dan keluarganya, mendengarkan keluhan mereka dengan sabar, serta memberikan edukasi kesehatan yang dapat membantu mereka menjalani pengobatan dengan lebih tenang. Dengan meneladani sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim, kita tidak hanya menjalankan tugas medis, tetapi juga menjadi perpanjangan kasih sayang Allah dalam memberikan harapan, kesembuhan, dan ketenangan bagi setiap pasien yang kita layani.
Kesimpulan
Meneladani sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam kehidupan di rumah sakit berarti menghadirkan kasih sayang tanpa batas dalam setiap pelayanan. Bagi tenaga kesehatan, ini diwujudkan dengan memberikan perawatan yang tulus, penuh empati, dan tanpa diskriminasi kepada setiap pasien. Senyuman, sapaan ramah, serta perhatian terhadap kondisi fisik dan emosional pasien adalah bentuk nyata dari kasih sayang yang diajarkan Allah. Dalam kondisi kritis atau penuh keterbatasan, sifat Ar-Rahim mendorong tenaga kesehatan untuk memberikan perhatian lebih mendalam, mendukung pasien secara moral, serta membantu mereka melewati masa sulit dengan ketenangan dan harapan.
Bagi pasien, memahami sifat Ar-Rahman dan Ar-Rahim memberi ketenangan bahwa kasih sayang Allah selalu menyertai dalam setiap ujian, termasuk sakit yang diderita. Sementara bagi masyarakat umum, meneladani kedua sifat ini dapat mendorong kita untuk lebih peduli terhadap sesama, berbagi kebaikan, dan selalu bersyukur atas nikmat kesehatan. Dengan menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ini, rumah sakit bukan hanya menjadi tempat penyembuhan fisik, tetapi juga ruang yang dipenuhi dengan ketulusan, kepedulian, dan kedekatan spiritual kepada Allah.