Awesome Image

PERAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN JAMAAH HAJI SAKIT DI TANAH SUCI

PERAN PERAWAT RAWAT INAP DALAM PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN JAMAAH HAJI SAKIT DI TANAH SUCI

  1. Pendahuluan

    Ibadah haji merupakan ibadah tahunan berskala global yang melibatkan jutaan umat Islam dari berbagai negara. Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah jamaah terbesar, dan sekitar 65% di antaranya tergolong berisiko tinggi karena usia lanjut dan penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, serta gangguan jantung. Perubahan iklim yang ekstrem, aktivitas ibadah yang padat, serta kondisi lingkungan yang padat meningkatkan kerentanan jamaah terhadap gangguan kesehatan. Dalam kondisi tersebut, perawat rawat inap memiliki peran krusial untuk memberikan asuhan keperawatan yang bersifat holistik, responsif, dan berbasis nilai-nilai spiritual (Kementerian Kesehatan RI, 2023).

  2. Asesmen Komprehensif dan Kontekstual

    Perawat menjadi tenaga kesehatan pertama yang berinteraksi langsung dengan pasien jamaah haji saat masuk ruang perawatan. Oleh karena itu, perawat perlu melakukan pengkajian secara menyeluruh, meliputi kondisi fisik, psikologis, sosial, serta spiritual pasien. Faktor-faktor seperti riwayat penyakit kronis, kelelahan akibat perjalanan, rasa khawatir tidak bisa menunaikan ibadah, serta kondisi psikologis karena terpisah dari rombongan, harus diperhatikan secara serius. Asesmen berbasis budaya dan spiritual menjadi kunci dalam menentukan asuhan yang tepat dan empatik (Musyafak, 2023).

    Perawat adalah garda terdepan dalam pelayanan pearawatan jamaah haji dimana saat pasien berada dirumah sakit kebutuhan dasar pasien sangat tergantung pada perawat. Ruang perawatan rawat inap KKHI Makkah salah satu pelayanan kesehatan dimana jamaah haji harus di rawat inap dan membutuhkan perawatan secara intens. Peran perawat dalam pelayanan rawat inap adalah memenuhi kebutuhan dasar manusia, melakukan assement secara konprehensif dan kontekstual tujuannya agar kualitas hidup jamaah haji meningkat sehingga mempermudah proses penyembuhan.

     

  3. Asuhan Individual dan Berbasis Budaya

    Setiap pasien memiliki latar belakang budaya dan keyakinan agama yang unik. Dalam konteks pelayanan haji, perawat harus mampu menyesuaikan pelayanan keperawatan dengan kebutuhan spiritual pasien, seperti memfasilitasi wudhu, tayamum, atau pelaksanaan ibadah dalam posisi tertentu sesuai kondisi fisik pasien. Asuhan keperawatan berbasis budaya dan nilai keislaman terbukti dapat meningkatkan kenyamanan dan kepuasan pasien serta mendukung proses penyembuhan (Nurhayati & Hidayah, 2021).

    Peran perawat rawat inap dalam komunikasi pada jamaah haji sangat perlu diperhatikan karena melalui komunikasi jamaah haji dapat merasa aman dan nyaman. Beberapa jamaah haji yang di rawat inap di KKHI Makkah memiliki keterbatasan komunikasi karena hanya bisa berbahasa daerah saja, hal ini menjadi tantangan petugas untuk dapat memenuhi kebutuhan jamaah haji di samping keterbatasan bahasa. Pemberian asuhan berbasis budaya sangat di perlukan demi menghormati keyakinan- keayakinan jamaaj haji. 

  4. Koordinasi Lintas Profesi dan Lintas Sektor

    Asuhan keperawatan dalam pelayanan haji tidak dapat dilakukan secara mandiri. Perawat harus mampu berkolaborasi secara efektif dengan dokter, apoteker, petugas kloter, pembimbing ibadah, serta rumah sakit mitra di Arab Saudi. Koordinasi ini diperlukan untuk mempercepat rujukan, memastikan pasien tetap dapat melaksanakan ibadah sesuai kemampuan, serta menjaga kesinambungan informasi antar lintas profesi dan lintas sektor. Kolaborasi yang baik akan meminimalkan risiko kesalahan komunikasi dan mempercepat proses penyembuhan (Suryani, Wulandari, & Ramadhani, 2020).

    Perawatan pasien di rawat inap berkolaborasi dengan berbagai profesi demi kesehatan jamaah haji. Sebagai tenaga kesehatan haji koordinasi profesi mejadi hal yang terpentin demi melayani para jamaah haji di tanah suci. 

  5. Pencegahan Infeksi dan Manajemen Lingkungan

    Selama pelaksanaan ibadah haji, risiko infeksi sangat tinggi akibat tingginya kepadatan manusia dan perpindahan yang intens. Infeksi saluran pernapasan atas, diare, dan pneumonia menjadi gangguan kesehatan yang paling sering ditemukan. Oleh karena itu, perawat wajib menerapkan prinsip Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) seperti hand hygiene, penggunaan APD, manajemen limbah medis, serta edukasi kepada pasien dan pendamping terkait etika batuk dan kebersihan diri. Implementasi PPI yang konsisten dapat mengurangi penyebaran penyakit infeksi secara signifikan (Al Thobaity, 2021).

    Selama proses haji jamaah haji sangat rentan terkena penyakit sehingga di butuhkan  menejemen infeksi yang dilakukan oleh petugas kesehatan haji melalui preventif dan edukasi kesehatan terkait penularan penyakit di lingkungan rawat inap. Perawat sangat berperan penting dalam pengendalian infeksi melalui kewaspadaan isolasi terutama kebersihan tangan dan etika batuk.

  6. Edukasi dan Rehabilitasi Jamaah Haji Sakit

    Peran edukatif perawat menjadi penting terutama saat pasien mulai menunjukkan perbaikan klinis dan siap untuk kembali ke kloter. Perawat memberikan edukasi terkait minum obat yang benar, pengenalan tanda bahaya, manajemen penyakit kronik, serta latihan mobilisasi ringan. Perawat juga melakukan rehabilitasi dasar seperti latihan duduk dan berjalan untuk menghindari kelemahan otot dan risiko jatuh. Pelayanan ini membantu pasien kembali mandiri dan siap menjalani rangkaian ibadah secara bertahap (Alrashdi & Al Thobaity, 2024).

  7. Pendampingan Spiritual dan Psikososial

    Banyak jamaah merasa cemas, sedih, bahkan mengalami distress karena tidak dapat melaksanakan ibadah secara sempurna. Dalam situasi ini, perawat berperan sebagai pendamping spiritual yang memberikan penguatan melalui dialog, motivasi, serta memfasilitasi pelaksanaan ibadah sesuai kemampuan pasien. Pendekatan psikospiritual terbukti membantu menurunkan kecemasan dan meningkatkan semangat hidup pasien. Perawat juga dapat menghubungkan pasien dengan pembimbing ibadah untuk memberikan penjelasan mengenai rukhsah (keringanan dalam ibadah bagi orang sakit) (Rikeu, Astari, & Lestari, 2023).

     

  8. Tantangan Pelaksanaan di Lapangan

Beberapa tantangan yang dihadapi perawat selama bertugas di tanah suci antara lain:

  • Terbatasnya jumlah perawat dibanding jumlah pasien, terutama saat puncak ibadah.

  • Kondisi iklim ekstrem (suhu > 45°C) yang memengaruhi stamina petugas.

  • Hambatan komunikasi dengan tenaga medis lokal karena perbedaan bahasa dan budaya.

  • Sarana dan prasarana terbatas, termasuk ruang rawat, logistik medis, serta sistem dokumentasi yang harus menyesuaikan dengan standar internasional.

Tantangan ini dapat diatasi dengan pelatihan pra-haji, peningkatan kapasitas SDM, serta pemanfaatan teknologi informasi dalam dokumentasi dan komunikasi pelayanan (Kementerian Kesehatan RI, 2023).

  1. Kesimpulan

Perawat rawat inap memainkan peran sentral dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada jamaah haji sakit. Tidak hanya dalam aspek medis, perawat juga berperan dalam mendampingi secara psikososial dan spiritual. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan, dibutuhkan pelatihan keperawatan berbasis haji, penguatan sistem kolaborasi lintas profesi, serta peningkatan kompetensi perawat dalam pendekatan budaya dan spiritual. Dengan dukungan sistem yang baik, perawat dapat menjadi ujung tombak keberhasilan pelayanan kesehatan jamaah haji di tanah suci.

 

 

 

 

 

 

 

Daftar Pustaka

  • Al Thobaity, A. (2021). Infection control practices among Hajj nurses. Saudi Journal of Health Sciences, 10(3), 134–140. https://doi.org/10.4103/sjhs.sjhs_108_20

  • Alrashdi, M. M., & Al Thobaity, A. (2024). Experiences of nurse volunteers during Hajj. BMC Nursing, 23, 44. https://doi.org/10.1186/s12912-024-01712-7

  • Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Tahun 1444H/2023M. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

  • Musyafak, M. (2023). Asuhan keperawatan transkultural bagi jamaah haji. Jurnal Keperawatan Soedirman, 15(1), 1–10. https://doi.org/10.20884/1.jks.2023.15.1.1500

  • Nurhayati, S., & Hidayah, R. (2021). Pelayanan keperawatan pada jamaah haji sakit: Kajian literatur. Indonesian Journal of Nursing and Health Sciences, 2(1), 45–51.

  • Rikeu, S., Astari, D. W., & Lestari, A. (2023). Analisis kualitas hidup jamaah haji lansia. Jurnal Peduli Masyarakat, 10(2), 75–83.

  • Suryani, E., Wulandari, D., & Ramadhani, T. (2020). Kolaborasi perawat dalam pelayanan keperawatan haji: Studi kualitatif. Jurnal Keperawatan Indonesia, 23(3), 153–160. https://doi.org/10.7454/jki.v23i3.1097