Awesome Image

“Refresh Spiritual bersama Ustadz Umaier Khaz”

“Refresh Spiritual bersama Ustadz Umaier Khaz”

Salam ceria untuk kita semua.

Hari ini, RSUD Ajibarang kembali berupaya menggali sisi spiritual dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Untuk itu, kami menghadirkan seorang ustadz muda yang inspiratif, berwibawa, dan memiliki sanad keilmuan yang jelas—Ustadz Umaier Khaz.

Kajian spiritual ini melibatkan berbagai unsur penting di rumah sakit: Komite Medis bersama para dokternya, Komite Keperawatan dengan para kepala ruang, serta komite penunjang lainnya. Semua berkumpul dalam satu majelis dengan tema yang sangat bermakna:

“Disiplin Waktu Dimulai dari Disiplin Sholat.”

Acara dimulai dengan lantunan QS. Al-‘Ashr, yang kemudian dijelaskan secara mendalam oleh beliau mengenai keutamaan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebelum memasuki inti kajian, Ustadz Umaier Khaz terlebih dahulu mengingatkan kita tentang keutamaan majelis ilmu. Beliau menyinggung sebuah riwayat sahih—hadits Jibril yang masyhur—yang menceritakan bagaimana Malaikat Jibril datang dalam rupa seorang lelaki untuk menghadiri majelis Rasulullah ﷺ. Peristiwa ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan ilmu dan betapa mulianya orang-orang yang duduk di dalamnya.

Dalam kajiannya, Ustadz Umaier Khaz mengingatkan kita tentang sebuah riwayat agung yang disampaikan oleh Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Umar berkisah:

“Suatu hari ketika kami duduk bersama Rasulullah ﷺ, tiba-tiba datang seorang lelaki yang rambutnya sangat hitam dan pakaiannya sangat putih. Tidak tampak tanda-tanda ia baru bepergian, tetapi tidak seorang pun dari kami mengenalnya.”

Lelaki itu kemudian duduk sangat dekat dengan Rasulullah ﷺ. Lututnya menempel pada lutut Nabi, dan kedua tangannya ia letakkan di atas paha beliau. Lalu ia mulai bertanya satu per satu:

Tentang Islam.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan berhaji jika mampu.”

Tentang Iman.

Beliau menjawab: “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta beriman kepada takdir baik maupun buruk.”

Tentang Ihsan.

Rasulullah ﷺ bersabda: “Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Tentang Kiamat.

Ketika lelaki itu bertanya, “Kapan kiamat?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang bertanya.”

Tentang tanda-tandanya.

Beliau bersabda: “Budak wanita melahirkan tuannya, dan engkau melihat orang-orang miskin penggembala kambing saling berlomba meninggikan bangunan.”

Setelah dialog itu selesai, lelaki tersebut pergi. Umar berkata, “Kemudian Rasulullah bersabda: ‘Itu adalah Jibril. Ia datang untuk mengajarkan agama kalian.’” (HR. Muslim)

Ustadz Umaier menjelaskan bahwa inilah salah satu keutamaan majelis ilmu—sebuah tempat yang didatangi malaikat, waktu yang mustajab untuk berdoa, serta ruang berkumpulnya para pencari ilmu yang membawa keberkahan hidup. Bisa jadi, salah seorang di antara jamaah adalah wasilah pembuka pintu surga bagi kita.

Terkait pembacaan surat Al-‘Ashr yang disampaikan oleh dr. Yudha, Sp.JP, Ustadz Umaier kembali mengingatkan bahwa para ulama salaf—terutama Imam Asy-Syafi’i—mengatakan: “Seandainya manusia hanya merenungi surat ini saja, niscaya itu sudah cukup sebagai pedoman hidup.”

Dari surat Al-‘Ashr ini, beliau menegaskan bahwa tugas manusia terbagi menjadi dua sisi. Untuk diri sendiri, Allah memerintahkan dua hal utama: beriman dan beramal shalih. Sedangkan untuk orang lain, kita diminta untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Semua itu dilakukan dalam ruang waktu yang terus berjalan—waktu yang kita tidak pernah tahu kapan akan berakhir. Karena itu, beliau menekankan:
jangan pernah menunda berbuat kebaikan.

Ketika mengulas tema “Disiplin Waktu Dimulai dari Disiplin Sholat”, Ustadz Umaier menyampaikan bahwa di dalam sholat terdapat sebuah rasa yang beliau singkat dengan istilah “IBS”—rasa yang seharusnya hadir dalam setiap sujud dan perjumpaan kita dengan Allah.

I — Ingat

Sholat adalah momen untuk mengingat Allah, kembali menegaskan siapa diri kita sebagai hamba dan siapa Allah sebagai Tuhan yang Maha Mengatur seluruh hidup kita. Saat kita berdiri, rukuk, sujud, dan berdoa, kita sedang mengikat hati agar tetap tertaut kepada-Nya.

Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah: 152:
“Fadzkurûni adzkurkum” — “Ingatlah kepada-Ku, niscaya Aku akan mengingat kalian.”

Ibn Katsir menjelaskan bahwa siapa saja yang banyak mengingat Allah—baik ketika beribadah maupun dalam aktivitas sehari-hari—maka Allah akan memberikan perhatian, pertolongan, perlindungan, dan rahmat-Nya.

Maka, sholat bukan sekadar rangkaian gerakan, namun latihan harian agar hati tidak lalai. Barang siapa mengingat Allah dengan tulus, Allah pun akan mengingatnya dengan segala kebaikan-Nya.

B — Berdoa

Sholat adalah tempat terbaik untuk berduaan dengan Allah—ruang paling jujur antara seorang hamba dengan Rabb-nya. Dalam sujud, dalam doa, kita dapat mencurahkan seluruh harapan, kegelisahan, dan permohonan, karena hanya kepada-Nya tempat kita kembali.

Di dalam sholat itulah kita mencari ridho Allah: bukan hanya meminta dunia, tetapi memohon agar setiap langkah hidup berada dalam bimbingan dan pilihan-Nya.

Sikap hati dalam berdoa sangat penting. Ingatlah: Pilihan Allah selalu lebih baik daripada pilihan kita sendiri. Jika doa kita dikabulkan, itu adalah karunia. Jika ditunda atau tidak dikabulkan, itu pun karunia—karena Allah sedang memilihkan sesuatu yang lebih baik: lebih tepat waktu, lebih bersih, lebih menenangkan. Hamba yang yakin akan hal ini akan selalu tenang, sebab ia percaya bahwa: “Apa yang Allah pilihkan selalu lebih indah daripada apa yang kita minta.”

S — Syukur

Dalam sholat, Allah memanggil kita untuk sujud dan mendekat kepada-Nya. Sujud adalah posisi tubuh paling rendah, namun derajat hati paling tinggi. Ketika dahi menyentuh bumi, di situlah seorang hamba paling dekat dengan Rabb-nya. Itulah momen syukur yang paling dalam.

Allah berfirman dalam QS. Ibrahim: 7: “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian.” – Syukur bukan sekadar ucapan alhamdulillah, tetapi disiplin hati dan disiplin waktu.

Karena itu, kita menegaskan: “Disiplin waktu dimulai dari disiplin sholat.” – Siapa yang menjaga sholatnya, biasanya Allah menjaga seluruh waktunya. Rezekinya lebih teratur, pikirannya lebih jernih, langkah hidupnya lebih tertata.

Banyak hal yang sebenarnya dijelaskan oleh Ustadz Umaier Khaz dalam kajian tersebut. Namun ada satu bagian yang sangat menarik, yaitu ketika salah seorang jamaah bertanya:

“Bagaimana agar sholat itu bisa khusyuk?”

Beliau menjawab dengan sederhana namun sangat dalam: rumus 7 + 2 + 1, yang jika digabung menjadi 10 kesempurnaan menuju kekhusyukan.

Tujuh Hal Sebelum Sholat (Persiapan Lahir & Batin)

1. Wudhu — Membersihkan 4 area pengendali

Wudhu dilakukan dengan tenang, karena ia bukan hanya membasuh anggota tubuh, tetapi juga membersihkan batin. Empat area ini memiliki makna yang kuat:

  • Tangan — alat kita berbuat.

  • Wajah — identitas dan arah pandangan.

  • Kepala — pusat niat dan pikiran.

  • Kaki — langkah menuju ketaatan atau maksiat.

Wudhu yang dilakukan dengan hati-hati mengondisikan diri untuk hadir sepenuhnya dalam sholat.

2. Waktu

Sholat di awal waktu. Semakin awal kita sholat, semakin ringan hati kita. Mendahulukan perintah Allah adalah tanda cinta.

3. Tempat

Pilih tempat yang tenang dan nyaman. Jika di masjid, ambil saf depan agar fokus terjaga dan pikiran tidak mudah terpecah.

4. Imam

Pilih imam dengan bacaan yang baik dan tartil. Bacaan yang indah melembutkan hati dan menenangkan pikiran, sehingga jamaah lebih mudah khusyuk.

5. Pakaian

Kenakan pakaian terbaik: bersih, sopan, dan wangi. Karena Allah lebih berhak untuk kita berhias di hadapan-Nya.

6. Makanan

Jangan sholat ketika makanan sudah terhidang. Selesaikan dahulu agar pikiran tidak terganggu. Jangan sholat dalam kondisi terlalu kenyang karena membuat malas dan mengantuk.

7. Menahan

Jangan sholat sambil menahan buang air kecil, besar, atau hal-hal lain yang membuat tidak nyaman. Nabi ﷺ melarang sholat dalam keadaan menahan hajat karena itu menghilangkan kekhusyukan.

Dua Sikap Saat Sholat (Kehadiran Hati)

1. Yakin sedang bertemu dengan Allah

Hadirkan perasaan bahwa kita benar-benar sedang berdiri di hadapan Raja seluruh alam. Inilah inti ketenangan, tadabbur, dan kekhusyukan.

2. Merasa ini sholat terakhir

Seakan-akan setelah salam, kita tidak akan kembali ke dunia. Cara pandang ini membuat setiap gerakan penuh kehormatan dan kesungguhan.

Satu Kunci Besar Setelah Sholat

Doa memohon kekhusyukan Amalkan doa Rasulullah ﷺ: Allāhumma innī a‘ūdzu bika min qalbin lā yakhsha‘.” –  “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hati yang tidak khusyuk.”

Doa ini adalah permohonan agar hati selalu lembut, hidup, dan mudah tunduk pada Allah, sehingga sholat kita terjaga dari kelalaian. Teruslah memanjatkan doa itu setiap selesai sholat dan di waktu-waktu mustajab. Hidup ini hanya bisa dinikmati dengan syukur, dan hari ini Allah menghadirkan Ustadz Umaier Khaz untuk menyegarkan hati dan keimanan kita—menguatkan kembali kesadaran bahwa perjalanan menuju surga masih panjang, dan kita masih perlu terus berbenah serta memperbaiki diri.

Kita diingatkan dengan sebuah doa agung: “Yā Muqallibal Qulūb, tsabbit qalbī ‘alā dīnik.”Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.

Karena hati begitu mudah berubah, kita membutuhkan waktu-waktu seperti ini—untuk menyegarkan ruhani, menata ulang niat, dan menghidupkan kembali cahaya iman dalam diri kita.

Saya pribadi sangat bersyukur atas nikmat hari ini, termasuk mendapat dua hadiah buku dari beliau: “Menghidupkan Hati Sekali Lagi” dan “The Journey to Xinjiang — Sebuah Perjalanan Menuju Negeri Islam yang Hilang.” Masya Allah, dua karya yang indah dan penuh inspirasi. Terima kasih, Ustadz.

Semoga kita semua terus diberi kesempatan oleh Allah untuk merawat perjalanan hati dan pikiran spiritual kita, agar setiap langkah yang kita ambil selalu berada di jalan yang Allah ridhoi.

By Igun Winarno

Komentar (1)

DWR 1 bulan yang lalu

Semoga selalu istiqamah

Tinggalkan Komentar