Awesome Image

Liputan Seminar dan Launching Buku Puasa dan Kesehatan : Tinjauan Medis dan Agama

Bismillah….

Ahad, 16 Ramadhan 1446H…

Pagi ini RSUD Ajibarang punya Agenda kegiatan menarik. Seminar dan Launching Buku Puasa dan Kesehatan : Tinjauan Medis dan Agama. Seminar ini dilaksanakan di Masjid Jenderal Besar Soedirman Purwokerto, dengan sasaran peserta terdiri atas tenaga kesehatan dan Masyarakat umum di sekitar Kabupaten Banyumas.

Tepat sekali perhelatan ini dilaksanakan di bulan suci Ramadhan 1446 H, sesuai dengan isi buku yang akan di launching yang membahas mengenai serba serbi hambatan kesehatan yang dialami pada Bulan Ramadhan, yang menimbulkan dilema tersendiri bagi umat muslim.

Bagi yang penasaran, apa sih Buku Puasa dan Kesehatan : Tinjauan Medis dan Agama. Nah, Ijin penulis sampaikan bila buku ini adalah buku yang ditulis oleh dr. noegroho Harbani, M.Sc.,Sp.S, Direktur RSUD Ajibarang.

Sebagai pembuka, Kepala Instalasi Diklat & PSDM RSUD Ajibarang, dr. Igun Winarno, Sp.An-TI, menyampaikan bahwa puasa merupakan Ibadah yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Bahkan bila bisa menjalankan puasa dengan juga mengatur pola makan dan jenis makanan yang dikonsumsi, efek yang dirasakan pada tubuh akan lebih maksimal.

Tentunya tidak hanya mengatur pola makan dan jenis makanan, Inti dari Ibadah Puasa Ramadhan adalah semakin memaksimalkan potensi diri dalam beribadah kepada Allah Subahanhuwwata’ala. Salah satunya dengan tholabul ilmi dengan menghadiri Seminar pada hari ini. Mengakhiri sambutannya, beliau melafalkan doa terbaik untuk para hadirin yang telah hadir dalam Seminar pagi ini dengan mengharap Ridho Allah Subhanhuwwata’ala.

Memasuki materi pertama, yang disampaikan Bapak Direktur RSUD Ajibarang, dr. Noegroho Harbani, M.Sc.,Sp.S., beliau berpesan kepada para hadirin akan pentingnya mensyukuri apa yang telah didapatkan saat ini. Walaupun manusia hidup tentunya akan berproses dan memili target yang harus ditetapkan dan dicapai, akan tetapi dengan mempertahankan rasa Syukur, kita akan bisa melalui proses kehidupan dengan lapang dada, sabar sehingga akan ridho denga napa saja yang Allah Subhanahuwwata’ala takdirkan dalam hidup kita. Terkait buku puasa dan kesehatan yang beliau tulis, dr. Noegroho Harbani mengungkapkan bahwa buku ini merupakan rangkuman dari forum diskusi yang beliau ampu baik di media cetak maupun audio visual.

Dr. Noegroho Harbani menekankan bahwa, orang yang sedang sakit, boleh untuk berpuasa. Tentunya didasarkan pada kondisi sakit yang diderita dan akibat yang akan dialami bila tetap menjalankan ibadah puasa. Bagi saudara – saudara muslin yang sedang sakit, dapat berkonsultasi kepada dokter yang menolong tentang kemungkinan berpuasa karena obat obatan yang ada pada saat ini sudah memungkinkan untuk digunakan dan dimonum pada saat sahur dan berbuka. Akan tetapi jangan meutuskan sediri ya .., karena sudah merupakan hak yang lumrah bila kita sebaiknya menaati anjuran dari para ahli tentang berpuasa di kala sakit. Bila kita sudah berkonsultasi, tetapi tetap tidak diperbolehkan untuk berpuasa, tentunya sudah ada pertimbangan tersendiri dari para ahli. Dan sebagai penutup materi, para peserta seminar, boleh menambahkan saran dan masukan pada buku beliau untuk menyempurnakan buku di cetakan selanjutnya.

Berlanjut ke materi kedua tentang Puasa pada penderita Diabetes Melitus (DM)yang disampaikan dr. Hengky S Permana Putra, Sp.PD. Beliau mengawali materi dengan menjelaskan tetang perubahan yang terjadi pada orang yang berpuasa. Bahwa pada orang yang  berpuasa, Selama berpuasa, terjadi perubahan siklus mendadak terhadap pola makan, minum, waktu terbangun dan tidur. Perubahan ini tentunya akan mempengaruhi siklus metabolism tubuh akan diadaptasi dan memerlukan penyesuaian. Selama berpuasa (lebih dari 4 jam) sirkulasi gula darah akan turun dan menyebabkan penurunan sekresi insulin. Terjadi respon peningkatan glukagon dan katekolamin untuk merangsang proses glikolisis, glikogenolisis dan gluconeogenesis.

Semua penyandang DM boleh berpuasa, kecuali:

  1. PASIEN yang menurut dokter kadar gula darahnya belum terkontrol stabil. Karena bila belum terkontrol dapat terjadi Hipoglikemia atau Hiperglikemia.

  2. PASIEN yang kurang patuh anjuran dokter dalam diet, obat-obatan atau insulin

  3. PASIEN yang mengalami komplikasi DM berat (penyakit jantung yg tidak stabil, hipertensi yang tidak terkontrol, , kelainan ginjal, dll).

  4. PASIEN yang dengan riwayat jatuh dalam koma Ketoasidosis.

  5. PASIEN yang sering hipoglikemia, terutama yg          pernah >2x pada Ramadan sebelumnya.

  6. PASIEN yang sedang alami infeksi akut.

  7. PASIEN lansia yang tinggal sendiri.

  8. PASIEN DM yang hamil dan memerlukan insulin.

  9. PASIEN anak-anak < 12 tahun.

Penyandang DM yang berpuasa diharuskan :

  1. Makan sahur seperti biasa dan diakhirkan

  2. Dianjurkan disegerakan berbuka puasa

  3. Menjalankan terapi obat atau insulin sesuai anjuran dokter

  4. Tidak makan yang berlebihan saat berbuka puasa, makanan/minuman manis dikurangi.

  5. Harus mengontrol kadar gula darahnya dan menjaga kesehatan secara umum.

  6. Harus mengenali tanda-tanda hipoglikemia, hiperglikemia dan dehidrasi (kurang cairan)

  7. Apabila ada tanda-tanda diatas, segera berbuka puasa. Bila terlambat bisa berbahaya.

  8. Konsultasi dokter terhadap perubahan dosis dan jadwal obat-obatan,

Selama berpuasa terjadi perubahan pola makan dari semula 3x makan utama menjadi 2x, yaitu saat sahur dan buka.Penyandang DM yang berpuasa sebaiknya kadar glukosa darah sudah terkendali/stabil        sebelumnya.

Diakhir penyampaian materinya beliau menyimpulkan bahwa puasa Ramadan wajib hukumnya bagi yang mampu,termasuk penyandang DM. Dengan pengawasan yang baik penyandang DM akan aman untuk berpuasa. Panduan yang penting adalah menjaga jumlah makan dan minum saat berbuka puasa dan harus sahur. Sesuaikan perubahan dosis & jadwal obat/insulin, dan waspada bila terdapat tanda – tanda dehidrasi, hipo/hiperglikemi, bila timbul gejala segera berbuka puasa.

Ustadz Ibnu Rochi, sebagai pembicara selanjutnya, membawakan materi dengan tajuk “ islam, agama yang mudah”, pada wal materi beliau mengutip Surah Al Hajj : 28 dan Surah Al Baqarah : 185 , yang meiliki makna “Allah menghendaki kalian  kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan”. Sejalan dengan topik buku puasa dan kesehatan, bahwa bentuk kemudahan yang ada yaitu bagi umat muslim yang sedang sakit, diberikan keringanan untuk tidak melaksanakan Ibadah puasa Ramadhan. Definisi sakit yang mendapatkan keringanan adalah :

  1. Sakit yang mengganggu aktifitas dan melemahkan fisik.

  2. Puasa menyebabkan proses penyembuhan menkadi lama.

  3. Puasa menyebabkan sakit menjadi bertambah parah.

Akan tetapi, tentunya ada konsekuensi bagi orang sakit yang tidak berpuasa,

  1. Apabila sakit ini memungkinkan kesembuhan, maka ada kewajiban untuk mengqadha puasa sebanyak hari yang ditinggalkan, akan tetapi,

  2. Apabila kondisi sakit tidak memungkinkan kesembuhan, maka membayar fidyah.

 

Beliau juga menyampaikan bahwa untuk orang yang berpuasa, sebaiknya tetap mengatur makan dan minumnya di kala berbuka dan makan sahur. Makan secukupnya di kala berbuka, dan makan makanan yang cukup juga di kala bersahur. Jangan mengikuti hawa nafsu untuk memakan makanan beragam dalam jumlah yang banyak, akan dapat berpotensi menimbukan gangguan pada pencernaan kita.

 

Sebagai penutup seminar, materi terakhir disampaikan oleh dr. Muhamad Zul Aziz , Sp.OG. sebagai dokter Spesialis Kandungan, beliau mengulas materi yang terkait tentang puasa pada ibu hamil.

Ibu hamil dan menyusui termasuk golongan yang diberi keringanan untuk tidak berpuasa jika khawatir membahayakan diri atau janin, sehingga memilii kewajiban mengganti dengan  Qadhadan/ atau Fidyah.

Meskipun tidak diwajibkan, banyak Wanita hamil tetap memilih untuk berpuasa. Hal ini dikarenakan pengaruh Sosial budaya,  Kebiasaan, dan Pemahaman berbeda. Dari sekian banyak Wanita hamil berpuasa, kebanyakan diantaranya adalah kehamilan di trimester satu, karena Tidak sadar hamil, mual dan tidak selera makan.

Berdasarkan hasil  Penelitian, beberapa studi observasional dan review sistematis menunjukkan bahwa puasa pada wanita hamil yang sehat tidak berpengaruh signifikan terhadap berat lahir atau usia kehamilan. Beberapa penelitian menemukan perubahan kecil pada parameter pertumbuhan janin (misalnya indeks cairan amnion/AFI) yang kemungkinan disebabkan oleh dehidrasi ringan. Oleh karenanya, dengan pertimbangan Kesehatan, Puasa umumnya aman untuk kehamilan tanpa komplikasi, namun sangat disarankan untuk konsultasi dengan dokter. Wanita dengan risiko kesehatan atau status gizi yang kurang baik harus mendapatkan nasihat medis terlebih dahulu.

 

Demikian liputan kami tentang Seminar dan Launching Buku Puasa dan Kesehatan : Tinjauan Medis dan Agama, semoga informasi ini bermanfaat, untuk rangkuman acara yang lebih rinci bisa di akses di Youtube RSUD Ajibarang, dan jangan lupa like dan subscribe nya ya.., sampai berjumpa lagi di liputan kami selanjutnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullohi Wabarokatuh