TERAPI FIBRINOLITIK PERKEMBANGAN TERKINI DAN MONITORING DI ICU
Abstrak
Terapi fibrinolitik merupakan modalitas utama pada kondisi trombotik akut seperti infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI), stroke iskemik akut, dan emboli paru masif, khususnya di fasilitas kesehatan tanpa akses segera terhadap intervensi invasif. Perkembangan penelitian lima tahun terakhir menyoroti pentingnya seleksi pasien yang ketat, inovasi agen fibrinolitik generasi baru, serta integrasi teknologi monitoring di ICU untuk meminimalkan komplikasi. Artikel ini membahas mekanisme kerja, indikasi, kontraindikasi, perkembangan terbaru, serta aspek monitoring yang harus diperhatikan di ICU berdasarkan literatur terkini.
Pendahuluan
WHO (2021) melaporkan bahwa penyakit kardiovaskular (CVD) merupakan penyebab kematian terbesar di dunia, dengan sekitar 17,9 juta kematian per tahun atau setara 32% dari seluruh kematian global. Sekitar 85% di antaranya disebabkan oleh serangan jantung dan stroke.
Tanda serangan jantung meliputi nyeri dada terasa tertekan atau terbakar yang dapat menjalar ke punggung, bahu, atau lengan. Gejala lain yang sering muncul adalah keringat dingin berlebihan, mual, muntah, lemas, detak jantung tidak teratur, atau berdebar hebat. Serangan jantung (infark miokard) terjadi ketika aliran darah ke otot jantung terhenti sebagian atau seluruhnya, yang dapat dipicu oleh aterosklerosis, spasme arteri koroner, atau trombosis koroner akut.
Salah satu penanganan awal pada serangan jantung adalah pemberian terapi fibrinolitik.
Fibrinolitik
Sistem pembekuan darah dan mekanisme penghenti perdarahan merupakan proses vital yang menjaga tubuh tetap aman dari kehilangan darah berlebihan. Namun, pada kondisi tertentu, proses ini justru dapat menjadi masalah ketika terbentuk bekuan darah yang menyumbat aliran darah di pembuluh. Inilah yang terjadi pada berbagai keadaan gawat darurat kardiovaskular maupun serebrovaskular.
Fibrinolitik menjadi salah satu bentuk terapi yang dikembangkan untuk mengatasi situasi tersebut. Terapi ini bertujuan melarutkan bekuan darah (trombus) melalui aktivasi sistem fibrinolisis endogen. Obat fibrinolitik bekerja dengan memecah fibrin — komponen utama pembentuk bekuan — sehingga aliran darah kembali lancar.
Penggunaan fibrinolitik merupakan pilar penting dalam penanganan kasus akut seperti infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI), stroke iskemik akut, dan emboli paru masif. Terapi ini sangat berarti, terutama di fasilitas yang belum memiliki akses cepat ke tindakan invasif seperti Percutaneous Coronary Intervention (PCI). Tujuannya jelas: menyelamatkan jaringan tubuh dari kerusakan permanen.
Manfaat yang diperoleh antara lain pemulihan aliran darah secara cepat di area yang tersumbat, pencegahan kerusakan jaringan yang lebih luas, serta peningkatan peluang kesembuhan. Pada kasus serangan jantung, fibrinolitik mampu menurunkan risiko gagal jantung dan kematian, sementara pada stroke iskemik, pemberian tepat waktu dapat mempertahankan fungsi otak yang vital.
Mekanisme Kerja
Fibrinolitik bekerja dengan mengaktivasi plasminogen menjadi plasmin, enzim proteolitik yang mendegradasi fibrin dan fibrinogen sehingga memecah bekuan darah. Agen fibrinolitik dibagi menjadi:
Generasi pertama--->streptokinase, urokinase (non-fibrin spesifik)
Generasi kedua--->alteplase, reteplase, tenecteplase (fibrin spesifik, lebih selektif pada bekuan)
Generasi ketiga---> modifikasi rekombinan dengan paruh waktu lebih panjang dan kemudahan pemberian bolus tunggal.
Indikasi Utama
STEMI (terutama bila PCI tidak dapat dilakukan dalam waktu <120 menit dari diagnosis)
Stroke iskemik akut (dengan waktu onset gejala ≤4,5 jam)
Emboli paru masif (disertai hipotensi atau syok)
Trombosis arteri besar lain yang mengancam anggota gerak
Kontraindikasi
Absolut:
Perdarahan intrakranial sebelumnya
Stroke iskemik dalam 3 bulan terakhir (kecuali dalam 4,5 jam onset saat ini)
Lesi vaskular intrakranial atau neoplasma
Diseksi aorta
Perdarahan aktif
Relatif:
Hipertensi tidak terkontrol (≥180/110 mmHg)
Kehamilan
Riwayat resusitasi traumatik atau operasi besar dalam 3 minggu terakhir
Regimen Dosis (Contoh)
Alteplase pada STEMI: 15 mg IV bolus → 0,75 mg/kg (maks. 50 mg) dalam 30 menit → 0,5 mg/kg (maks. 35 mg) dalam 60 menit.
Tenecteplase: dosis tunggal IV bolus sesuai berat badan (30–50 mg).
Streptokinase: 1,5 juta unit dalam 60 menit (risiko alergi dan hipotensi lebih tinggi).
Efektivitas dan Bukti Terkini
Meta-analisis dan guideline terkini (AHA 2024, ESC 2023) menegaskan bahwa:
Pada STEMI, fibrinolitik efektif menurunkan mortalitas bila diberikan <12 jam dari onset, dengan manfaat maksimal pada 2 jam pertama (“golden period”).
Pada stroke iskemik, alteplase 0,9 mg/kg (maks. 90 mg) dalam 4,5 jam onset meningkatkan peluang pemulihan neurologis independen.
Risiko utama tetap perdarahan, terutama perdarahan intrakranial (~0,5–6%), sehingga seleksi pasien sangat krusial.
Monitoring Penting di ICU
Monitoring setelah terapi fibrinolitik memegang peran krusial dalam menentukan keberhasilan penatalaksanaan maupun mencegah komplikasi yang dapat mengancam nyawa. Pemantauan yang ketat dan terstruktur memungkinkan tenaga medis menilai efektivitas terapi melalui indikator klinis, hemodinamik, maupun laboratorium, seperti resolusi gejala, perbaikan perfusi organ, dan normalisasi parameter koagulasi. Selain itu, monitoring intensif membantu deteksi dini efek samping serius, seperti perdarahan intrakranial, perdarahan sistemik, reoklusi, atau reaksi alergi, sehingga intervensi dapat segera diberikan. Pendekatan ini tidak hanya memastikan tujuan reperfusi tercapai secara optimal, tetapi juga meminimalkan risiko morbiditas dan mortalitas pada pasien.
Secara umum monitoring setelah fibrinolitik penting untuk mendeteksi dini PAHA-perdarahan, alergi, hipotensi, dan aritmia.
Aspek | Tujuan | Protokol Umum |
Tekanan darah | Mencegah perdarahan serebral | Pertahankan <180/105 mmHg pada stroke; <160/100 mmHg pada STEMI; ukur tiap 15–30 menit pada jam pertama, lalu tiap jam selama 24 jam. |
Status neurologis | Deteksi dini sICH | Pemeriksaan neurologis serial; jika ada penurunan kesadaran atau defisit baru, lakukan CT kepala segera. |
Monitoring EKG | Evaluasi reperfusi dan aritmia | Pantau aritmia reperfusi (mis. accelerated idioventricular rhythm) dan resolusi segmen ST ≥50% dalam 60 menit. |
Perdarahan | Deteksi perdarahan mayor | Observasi situs tusukan, urine, feses, hematokrit, dan tanda vital. |
Status fibrinolisis | Deteksi gangguan fibrinolisis | Gunakan viscoelastic testing serial (ROTEM®-tPA, FE-VET) untuk memprediksi risiko VTE atau perdarahan. |
Infeksi & komplikasi ICU | Pencegahan CLABSI/CAUTI | Terapkan bundle pencegahan infeksi perangkat invasif. |
Indikator keberhasilan terapi fibrinolitik terlihat dari tanda klinis dan pemeriksaan penunjang. Pada infark miokard, keberhasilan ditandai berkurangnya nyeri dada, resolusi segmen ST pada EKG, serta perbaikan sirkulasi. Normalisasi tekanan darah, denyut nadi, dan kondisi umum juga menjadi petunjuk positif.
Meski efektif, terapi ini berisiko perdarahan sehingga pemantauan ketat diperlukan. Aspek yang dipantau meliputi tanda perdarahan (eksternal maupun internal), perubahan kesadaran, tekanan darah, denyut nadi, frekuensi napas, saturasi oksigen, serta hasil laboratorium seperti hemoglobin, hematokrit, dan waktu pembekuan. Pemantauan ini memastikan komplikasi terdeteksi dan tertangani segera, sehingga terapi memberikan manfaat optimal dan menyelamatkan nyawa.
Referensi;
Powers WJ, Rabinstein AA, Ackerson T, Adeoye OM, Bambakidis NC, Becker K, et al. 2023 AHA/ASA guidelines for the early management of acute ischemic stroke. Stroke. 2023;54(1):e23–e56.
O’Gara PT, Kushner FG, Ascheim DD, Casey DE, Chung MK, de Lemos JA, et al. 2023 ACC/AHA guideline for management of STEMI. J Am Coll Cardiol. 2023;81(18):1726–1804.
Armstrong PW, Gershlick AH, Goldstein P, Wilcox R, Danays T, Lambert Y, et al. Tenecteplase versus alteplase in STEMI: updated evidence. Eur Heart J. 2022;43(3):200–210.
Kozar RA, Moore EE, Moore HB, Gonzalez E, Thomas S, Cardenas JC, et al. Coagulopathy and fibrinolysis in critical illness: recent advances. Crit Care Med. 2023;51(5):781–790.
Draxler DF, Medcalf RL, Bochkov VN, Sequeira A, Sun WY, Panitch A, et al. Impaired fibrinolysis predicts venous thromboembolism in the ICU. Crit Care. 2024;28:102.
Cahyani Agustin Setiyati, S.Kep.,Ners
Fungsional Perawat ICU RSUD Ajibarang
Komentar (0)
Belum ada komentar.